Jumat, 06 Februari 2015

Teganya Tersenyum Kepadaku

   
Seorang bocah berdiri terengah
Ayunkan tangan memungut sampah
Terlempar ke pelataran menginjak duri
Tak merasa sakit walau bersimpuh darah
Tetap melangkah tak kunjung menyerah
Menahan lelah demi sang ibu
Kulihat, bocah itu sedang duduk meringkuh
Membelai antara kenyataan dan harapan
Berteduh di bawah atap biru yang maha luas
Pikirannya seperti kantong yang bolong
Kehilangan benang dan jarum yang hendak menjahit rapat-rapat pikirannya
Sendi engselnya nampak mulai berkarat
Tiada terawat terlilit kawat
Berselimut serat daging dan otot yang hampir kaku
Sekali kulihat, bocah itu tetap pada peraduannya
Kulirik dan kulihat lagi bocah itu
Dia tersenyum
Walau kutahu batinnya sedang menangis
Oh bocah kecil yang malang
Teganya kau tersenyum kepadaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar